Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Raih Juara II Lomba Debat Nasional di UIN Madura
Sesi penerimaan medali juara debat
Pamekasan, 1November 2025 – Tim debat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta kembali menorehkan prestasi membanggakan pada ajang Lomba Debat Nasional Sharia Event 2025 yang diselenggarakan oleh UIN Madura. Dalam kompetisi yang diadakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Syariah UIN Madura, tim ini berhasil meraih Juara II Nasional, setelah melalui rangkaian seleksi ketat dan babak final yang sarat dengan adu argumen ilmiah.
Lomba debat ini berlangsung sejak awal Oktober 2025, dimulai dengan tahap pengumpulan video debat pada 3 Oktober, disusul pengumuman peserta yang lolos penyisihan pada 8 Oktober. Babak semi final dan final kemudian digelar secara luring di Kampus UIN Madura, Pamekasan, pada 1 November 2025.
Tim UIN Sunan Kalijaga yang terdiri dari Radhwa Tsabita Al-Khair dan Rizki Rofiqil A’la (mahasiswa semester 5 Hukum Tata Negara), serta Aziz Abdullah (mahasiswa semester 3 Ilmu Hukum), tampil memukau dengan argumentasi tajam dan penalaran hukum yang kuat. Ketiganya dibimbing oleh Muhammad Riziq Maulana, mahasiswa semester 7 Hukum Tata Negara, yang menjadi senior trainer sekaligus mentor utama dalam proses latihan.
Selama tiga minggu persiapan intensif, mereka rutin berlatih setiap sore hingga malam hari di Student Center kampus. Sesi latihan meliputi brainstorming ide, bedah mosi, penyusunan skrip, hingga simulasi debat penuh. “Kami berusaha memahami bukan hanya sisi normatif hukum, tapi juga nilai-nilai demokrasi dan keadilan sosial di balik setiap mosi,” ujar Radhwa, salah satu anggota tim.
Pada babak semi final, tim UIN Sunan Kalijaga berhadapan dengan Universitas Trunojoyo Madura, membahas mosi “Fungsi Ganda Militer dalam Ranah Politik dan Keamanan Perlu Ditinjau Ulang agar Sesuai dengan Prinsip Demokrasi dalam Sistem Ketatanegaraan Modern.” Sementara di babak final, mereka berdebat melawan Universitas Negeri Semarang dengan mosi “Pemberian Grasi dan Abolisi oleh Presiden Harus Dilakukan dengan Mempertimbangkan Mekanisme Checks and Balances guna Menghindari Potensi Doktrin Otoritas.”
Meski harus puas di posisi kedua, semangat dan ketajaman berpikir para delegasi muda ini menuai apresiasi dari para juri dan peserta lain. Kemenangan ini bukan sekadar soal trofi, tetapi tentang proses pembelajaran, kerja keras, dan komitmen terhadap keilmuan hukum yang berkeadaban.
“Debat bukan sekadar ajang menang-kalah, tetapi ruang latihan berpikir kritis dan mengasah keberanian menyuarakan kebenaran,” tutur Rizki. Ia menambahkan, pengalaman tersebut menjadi bekal penting untuk melahirkan generasi hukum yang tangguh dan reflektif terhadap isu-isu kenegaraan.
Prestasi ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus mengasah kemampuan berpikir logis, berargumentasi, serta menumbuhkan semangat akademik yang berintegritas. Seperti diungkapkan oleh sang pelatih, “Kemenangan sejati bukan hanya saat menerima piala, tetapi ketika kita berhasil menumbuhkan kepekaan terhadap nilai-nilai keadilan dalam setiap argumen yang kita sampaikan.”